Iklan

Tuesday, December 14, 2010

kisah cakkhupala Thera

Dengan Pengendalian Pikiran akan membuat seseorang akan lebih baik dari pada kehidupan tampa pengendalian baik dimana berada,tentunya baik perbuatan dari pikiran maka kehidupan bisa terjadi dimana saja dengan kondisi disaat itu juga,sehingga banyak orang akan lupa hal demikian yang selalu terbelenggu oleh kehidupan duniawi yang begitu mengiurkan dengan ketamakan dan kerakusan akan semua harta benda,sehingga banyak orang lupa dan saling berkuasa dan menindas yang kecil dengan egois untuk memilikinya dan orang yang dirugikan seoleh-oleh tidak pernah terjadi apa bagi orang yang mempunyai pikiran akal jahat,namun semua itu bisa dilihat dalam kehidupan kita sehari-hari,kemudian semua itu secara tidak sengaja telah memupuk suatu karma jahat dari pikiran dan kebencian itu.

Contohnya dalam lingkungan dimana hidup selalu terjadi pertikaian dan timbul ketidak adilan dalam memperoleh kebutuhan hidup baik menimbun harta benda itu,sehingga terjadi kecurang dalam hidup untuk mengumpulkan harta sebanyak mungkin dan tidak perduli dengan kehidupan lingkungan yang lain,sebagai kejadian itu timbul permusuhan dalam pikiran yang timbul dan kebencian pun timbul untuk saling melukai satu sama yang lain,ini adalah perbuatan yang selalu timbul dalam kehidupan ini baik simiskin,orang kaya,dan sebaginya itu dan Pengendalian diri yang teramat Penting dalam hidup ini dan berusaha untuk mengurangi pikiran yang jahat dan berusaha untuk banyak berbuat baik maka semua itu sangat bermanfaat bagi kehidupan itu sendiri.
Syair 1

Kisah Cakkhupala Thera

Suatu hari,Thera berkunjung ke vihara Jetavana untuk melakukan penghormatan kepada sang Buddha.Malamnya,saat melakukan meditasi jalan kaki,sang thera tampa sengaja mengijak banyak serangga sehingga mati.Keesokan harinya,pagi-pagi sekali serombongan bhikkhu yang mendengarkan kedatangan sang thera bermaksud mengunjunginya.Di tengah jalan,di dekat tempat sang thera menginap mereka melihat banyak serangga yang mati.

"lilih,mengapa banyak serangga yang mati di sini?"seru seorang bhikkhu "aah,jangan.....?"celetuk yang lain."jangan-jangan apa?"sergah beberapa bhikkhu."jangan-jangan ini perbuatan sang thera."jawabnya."kok bisa begitu.?" yang lain."Begini, sebelum sang thera berdiam di sini, tak ada kejadian seperti ini,Mungkin sang thera terganggu oleh serangga-serangga itu.Karena jengkelnya ia membunuhinya."

"itu berarti ia melanggar vinaya,maka perlu kita laporkan kepada sang Buddha."seru beberapa bhikkhu."Benar,mari kita laporkan kepada sang Buddha,bahwa Cakkhupala Thera telah melanggar vinaya,"timpal besar dari bhikkhu tersebut.

Alih-alih dari mengunjungi sang thera,para bhikkhu itu berubah haluan,berbondong-bondong menghadap Sang Buddha untuk melaporkan temuan mereka.bahwa `Cakkhupala Thera telah melanggar vinaya!"

Mendengar laporan para bhikkhu,sang Buddha bertanyak,"Para bhante,apakah kalian telah melihat sendiri pembunuhan itu?"

"Tidak Bhante,"jawab mereka serempak.
Sang Buddha kemudian menjawab,"kalian tidak melihatnya,Demikian pula Cakkhupala Thera tidak melihat serangga-serangga itu,karena matanya buta.Selain itu Cakkhupala Thera telah mencapai kesucian arahat.Ia telah tidak mempunyai kehendak untuk membunuh."

"Bagian seorang yang telah mencapai arahat tetapi matanya buta?"tanya beberapa bhikkhu.
Maka sang Buddha menceritakan kisa di bawah ini:

Pada kehidupan lampau,Cakkhupala pernah terlahir sebagai seorang tabib yang handal.Suatu ketika datang seorang wanita miskin."Tuan,tolong sembuhkanlah penyakit mata saya ini.Karena miskin,saya tak bisa membayar pertolongan tuan dengan uang.Tetapi,apabila sembuh,saya berjanji dengan anak-anak saya akan menjadi pembantu tuan,"pinta wanita itu.Permintaan itu disanggupi oleh sang tabib.

Perlahan-lahan penyakit mata yang parah itu mulai sembuh.Sebaliknya,wanita itu menjadi ketakutan,Apabila penyakit matanya sembuh,ia dan anak-anaknya akan terikat menjadi pembantu tabib itu.Dengan marah-marah ia berbohong kepada sang tabib,bahwa sakit matanya bukanya sembuh,malahan bertambah parah.

Setelah diperiksa dengan cermat,sang tabib tahu bahwa wanita miskin itu telah berbohong kepadanya.Tabib itu menjadi tersinggung dan marah,tetapi tidak diperlihatakan kepada wanita itu."oh,kalau begitu akan kuganti obatmu,"demikian jawabnya."Nantikan pembalasanku."serunya dalam hati.Benar,akhirnya wanita itu menjadi buta total karena pembalasan sang tabib.

Sebagai akibat dari perbutan jahatnya,tabib itu telah kehilangan penglihatanannya pada banyak kehidupan selanjutnya.

Mengakhiri ceriteranya,sang Buddha kemudian membabarkan syair di bawah ini:

Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu,pikiran adalah pemimpin,pikiran adalah pembentuk.Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran jahat.maka penderitaan akan mengikutinya bagaikan roda pedati mengikuti langkah kaki lembu yang menariknya.

Pada saat khotbah Dhamma itu berakhir,di antara para bhikkhu yang hadir ada yang terbuka mata batinya dan mencapai tingkat kesucian arahat dengan mempunyai kemampuan batin analitis pandangan Terang"(patisambhida).